Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Bisikan Keberuntungan (Al-falah) pada Diri Sendiri.

Di antara yang bikin gereget adalah ngobrol dengan orang lain dan ada sesuatu yang bisa saya tulis. Sebab, seringkali cerita mereka bikin saya makin melek tentang "nakal" dan "iseng" yang belum maksimal: Nakal berantem dengan kebodohan, iseng mencari jawaban dari setiap pertanyaan.  Seperti semalam, saat menjelang pergantian tahun, saya ikut nimbrung pada obrolan beberapa teman yang sama-sama hadir pada acara peringatan maulid nabi di Pesantren Ittihadussyubbaan, Sawangan Baru, Depok. Di situ saya mendapat gereget yang baru.  Saat ramah tamah, satu jam lewat tujuh belas menit setelah pergantian tahun, kami berlima duduk di salah satu sudut majelis. Tentu saja sambil merokok dan ada beberapa gelas kopi. Salah seorang teman bilang soal biaya yang diperlukan untuk mengadakan acara macam maulid Nabi begini. "Ini bisa habis puluhan juta," ujarnya mengira-ngira.  "Alhamdulillahnya, banyak jamaah yang ikut andil," timpal teman yang lain lalu menyebut na...

Orang yang Mendapat Keberuntungan (Al-Falah) dan Pewaris Nabi

Sepuluh ayat pertama surat Al-Mu'minun adalah akhlak yang dicontohkan Rosul. Sebab Aisyah pernah ditanya oleh sahabat tentang bagaimana akhlak Rosul. Aisyah pun tegas menjawab bahwa akhlak Rosul adalah Al-Quran. Kemudian Aisyah membaca surat Al-Mu'minun ayat pertama sampai sepuluh.  Bisa dibilang, siapapun yang bisa mengerjakan hal-hal yang dijelaskan pada sepuluh ayat pertama surat Al-Mu'minun ini adalah pewaris nabi. Ini ditegaskan pada ayat ke sepuluh: الئك هم الوارثون yang menjadi penutup sepuluh ayat yang merupakan kesatuan ini.  Pewaris nabi yang paling familiar adalah ulama. العلماء ورثة الأنبياء. Jika melihat surat Al-Mu'minun ayat ke sepuluh ini, maka pewaris nabi tidak hanya ulama. Tapi, orang-orang yang bisa meniru akhlak nabi. Setidaknya mencontoh sikap dan perilaku yang tertera pada Al-Mu'minun ayat pertama sampai sepuluh.  Ketika bisa menyontoh akhlak (sikap dan perilaku) nabi di sepuluh ayat tersebut, maka siapapun akan menjadi orang yang beruntung. T...

Keberuntungan (Al-Falaah) antara Kausalitas dan Law of Attraction

Kemarin malam seorang laki-laki gondrong tiba-tiba cerita tentang sedikit hidupnya. Kami bertemu beberapa tahun lalu. Sampai sekarang, badannya selalu kurus. Meski begitu, pengetahuannya tentang filsafat barat hingga timur sangat ciamik. "Gue termasuk keluarga broken. Sebab ibu gue meninggal waktu gue kelas lima SD. Dan selanjutnya gue mesti hidup dengan ibu tiri," tuturnya.  Sambil menghisap rokok, ia cerita bahwa pernah mengalami peristiwa yang di luar logika. Saat itu, Minggu malam ia tidur di rumah bibinya. Antara sadar dan tidak, dia bermimpi membangunkan ibunya. Tapi perempuan itu tak kunjung melek. Ia pun bangun, dan ada sesak di dada, tapi nafasnya biasanya saja. Pun dengan air di matanya. Bukan karena sesak, bukan karena sakit, ia menangis begitu saja. Seperti ingin menangis saja tanpa perlu alasan. Paginya, ia berangkat ke sekolah masih dengan air mata. Meski tak sederas malamnya, tetap saja teman-teman sekolah bisa melihat dan mengejek kalau ia cengeng, padahal tid...

Akhlak, Sikap, dan Pakaian Keberuntungan (al-falaah)

Semakin ke sini, saya semakin mengamini bahwa apapun ada pola-pola yang membentuk sesuatu terjadi dan ujungnya dilakukan serta dialami oleh seseorang. Termasuk saya sendiri. Layaknya sebuah pakaian yang tercipta di sebuah konveksi. Lembaran kain adalah bahan pokok. Ini seperti daya pikir, bentuk pemikiran seseorang yang masih luas dan umum. Di titik ini, layaknya pandangan umum seseorang tentang sesuatu. Pandangan yang biasanya berdasar pada kekuatan konsensus yang terbentuk di sekitarnya.  Lembaran kain itu Kemudian diberi gambar pola. Pola badan, pola tangan, pola kerah, dan lain-lain. Pola-pola ini layaknya kejadian, suatu hal, unsur-unsur, dan faktor-faktor yang merupakan satu kesatuan tapi bisa dilihat secara terpisah.  Karena masing-masing bisa berdiri sendiri dan memiliki dunianya sendiri. Dan ini seperti pola pada kain yang dipotong. Ya, pola-pola pada kain itu kemudian dipotong menjadi satu kesatuan dan terpisah sendiri-sendiri.  Pola-pola inilah yang kemudian ak...

Keberuntungan (al-falaah) dan Akhlak dari Orang yang Memelihara Sholat (Harapan Baik)

Ayat ke-sembilan surat Al-Mu'minun kembali menegaskan tentang sholat yang bisa menjadikan seseorang (mukmin) beruntung. Yakni mereka yang bisa menjaga dan memelihara sholatnya.  والذين هم على صلواتهم يحافظون  Dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan yang dimaksud menjaga dan memelihara sholat adalah mengerjakannya secara rutin dan tepat pada waktunya. Kemudian Ibnu Mas'ud menambahkan pengertiannya dengan mengatakan memelihara waktu-waktu sholat.  Hal tersebut seperti hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim yang menyatakan bahwa Abdullah Ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada Rosulullah tentang amal perbuatan apa yang paling disukai Allah? Rosul pun menjawab: sholat tepat pada waktunya. Ibnu Mas'ud bertanya apa lagi? "Berbakti kepada kedua orang tua," jawab Rosul. Ibnu Mas'ud tanya apa lagi. Rosulpun menjawab: jihad di jalan Allah. Penjelasan surat Al-Mu'minun pada ayat kedua dan ke-sembilan sama-sama tentang sholat. Bedanya, pada ayat kedua lebih mene...

Kepercayaan (Ash-Shiddiq) dan Keberuntungan (al-falaah)

Kriteria selanjutnya orang-orang (beriman) yang beruntung yang tertera pada Al-Mu'minun ayat 8 adalah orang-orang yang memelihara amanat dan janji.  والذين هم لامنتهم و عهدهم راعون Sebelum melanjutkan catatan ini, saya hanya ingin menegaskan bahwa semua tulisan saya di blog ini adalah catatan-catatan saya dalam mencari arti dan makna keberuntungan. Pencarian ini untuk diri saya sendiri. Jika ada yang mengatakan bahwa saya sesat, kurang ngaji, menyebarkan ajaran gak benar, bahkan sampai bilang saya mesti bertaubat, maka saya sangat berterimakasih. Sebab bagi saya itu semacam pengingat (reminder) buat diri saya sendiri. Dan hal ini semakin mengamini asumsi saya bahwa bicara (dan nulis atau membuat catatan) tentang ajaran agama masih menjadi hal sensitif bagi sebagian orang, masih menjadi hal yang gak boleh dilakukan orang-orang bodoh dan biasa-biasa saja (bukan 'alim,  bukan Kiayi, bukan ustadz, bukan tokoh agama, bukan anggota ormas keagamaan, dll) seperti saya. Kalaupun catata...

kemaluan (al-furuuj) dan keberuntungan (al-falaah)

Dalam Al-mu'minun ayat 5-7 diterangkan kembali soal orang-orang beriman yang beruntung.  والذين هم لفروجهم حافظون. الا على ازواجهم أو ما ملكت أيمنهم فإنهم غير ملومين. فمن ابتغى وراء ذالك فاولىك هم العادون  Para ulama sepakat bahwa ketiga ayat ini tentang hubungan biologis (seksual) yang baik. Artinya, seks yang tidak menyimpang dan halal. Seperti Ibn Katsir dalam Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim yang menyatakan bahwa ketiga ayat ini Tentang keberuntungan bagi yang menjaga kemaluan mereka dari berbagai hal yang diharamkan Allah.  Diceritakan pula sebab-sebab turunnya ayat ini, bahwa Umar seperti mendengar gemuruh suara lebah di depan wajah nabi. Umat terdiam. Beberapa saat kemudian nabi pun bersabda bahwa telah turun sepuluh ayat (Al-mu'minun ayat 1-10), siapapun yang menjalankannya akan masuk surga.  .... Sejak kemarin hingga menjelang pagi ini, saya dibayang-bayangi pertanyaan: apakah ayat ini hanya tentang hubungan biologis dan perilaku seksual yang menyimpang? Apakah ha...

Keberuntungan (al-falaah) dalam Infak, Sedekah, dan Zakat.

Al-mu'minun ayat 4 menjelaskan kriteria selanjutnya dari orang-orang beriman yang beruntung. Yaitu orang-orang yang mengerjakan zakat.  واللذين هم للزكاة فعلون Menariknya, ayat ini ternyata bukan hanya soal zakat yang wajib itu. Ya, menurut Al-Asfahani dalam Mufrodat Al-Fadz Al-Quran menerangkan bahwa zakat yanh dimaksud pada ayat tersebut adalah infaq. Ya, infaq. Sebab, zakat yang difardhukan (diwajibkan) dalam ajaran Islam baru mulai pada tahun ke 11 Hijriah. Sedangkan ayat ini diturunkan di Mekah (surah makiyah) bukan surah madaniyah. Al-Asfahani pun menyatakan bahwa ayat ini tentang infaq tathawwu' alias Sunnah seperti sedekah (sodaqoh). Meski terlihat sama, sebenarnya terdapat perbedaan dari infak, sodaqoh, dan zakat. Sederhananya, Infaq lebih umum. Sedekah menjadi bagian dari infaq. Sedekah terbagi menjadi dua, yaitu sedekah wajib dan sedekah Sunnah. Sedekah wajib inilah yang kita kenal dengan zakat.  Lebih jelasnya, Fakhruddin Al-Razi dalam kitab Mafatih Al-Ghoib menyat...

Tentang Keberuntungan (Al-Falaah), HP, dan Pencarian.

Beberapa Minggu terakhir, saya makin tertarik menelusuri tentang beruntung dan keberuntungan. Ini bermula dari beberapa kali ngobrol dengan banyak orang dan teman. Tak sedikit terlontar dari lisan mereka tentang ketidakberuntungan yang dialami. Terlebih saat melihat orang lain yang dianggap (lebih) beruntung.  Tentu saja apa yang terlontar dari mulut mereka bersumber dari apa yang mereka alami dan rasakan. Dan itu sepertinya lebih dekat dengan pola pikir yang terbentuk di diri, hingga menganggap bahwa orang lain lebih beruntung daripada mereka. Misalnya, teman saya yang cerita bahwa ia selalu gagal dalam usaha. Atau mereka yang ingin punya unit usaha, tapi terbentur modal. Hingga ada yang bilang si A beruntung karena lahir dari keluarga berada, keluarga baik-baik saja sementara dia lahir dari keluarga tak harmonis. Dan cerita-cerita lainnya. Awalnya saya kira mereka begitu karena kurang bersyukur. Tapi ternyata, tak sesederhana itu. Mereka tegas bilang menyukuri apapun yang ada. Ta...

Jauhi Kesia-siaan (lagwun), Dekati Keberuntungan (al-falah)

Pada buku Secercah Cahaya Ilahi, Quraish Shihab menegaskan Islam telah memberi tuntunan dengan amal saleh, yakni kerja yang sesuai dan bermanfaat. Hal ini sesuai dengan kriteria orang-orang beriman yang beruntung, yaitu meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Hal tersebut tertera pada Al-mu'minun ayat 3, yang merupakan penjelasan lanjutan dari ayat pertama. Ayat ketiga tersebut, yaitu: و اللذين هم عن اللغو معرضون  Artinya: Dan mereka menjauhi hal-hal yang tidak berguna. Ya, kata kuncinya yaitu menjauhi "lagwun". Aljurjani dalam kitab Ta'rif menjelaskan "lagwun" berarti tidak punya makna, tidak punya tuntunan, dan sama sekali tidak bermanfaat. Sementara, pada Eksiklopedia Al-Quran terbitan Lentera Hati, dinyatakan bahwa "lagwun" memiliki dua arti. Pertama sesuatu yang tidak diperhitungkan. Kedua, perkataan yang sia-sia dan jelek. Ini pun senada dengan apa yang dikatakan Ibn Fariz Al-Ragib dalam Maqayish Al-Lugoh.  Kata "lagwun" yang te...

Keberuntungan, Harapan, dan Ketenangan (pandangan lain tentang al-falaah dan sholat Khusyuk)

Ayat suci selanjutnya yang menegaskan tentang orang yang beruntung terdapat pada surat Al-mu'minun ayat 1 yang bunyinya: قد افلح المؤمنون Artinya: sungguh, telah Beruntung orang-orang yang beriman. Ayat ini bisa dibilang ayat yang munasabah. Artinya, punya kedekatan, kemiripan, dan keterkaitan dengan ayat lain. Bisa ayat dengan ayat. Bisa surat dengan surat.  Jika ditelusuri, ayat pertama surat Al-mu'minun "ber-munasabah" ke ayat-ayat selanjutnya, sampai ayat ke-sepuluh.  Orang-orang beriman yang beruntung, dijelaskan sebagai berikut. Pertama, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya.  Terang Ibnu Katsir khusyuk itu tenang dan tunduk. Sementara Asfahani dalam kitab Mufrodat Al-fazh Al-Quran, bilang khusyuk itu diam dan tenang pada hati dan anggota badan.  Dimulai dari takbir dan diakhiri salam itu arti sholat secara definisi. Secara bahasa sholat diartikan dengan doa. Berdoa.  Kalau ditilik secara bahasa, bisa dibilang sholat yang khusyuk adalah berdoa den...

Keberuntungan (al-falaah) dan Jiwa (nafs, qolb)

Gambar
Al-muflihuun dan al-muflihin adalah diksi yang tertera dalam Al-Quran untuk menyebut orang-orang beruntung dunia dan akhirat. Al-muflihun terulang 11 kali, al-muflihin hanya sekali.  Selain diksi tersebut, ada lagi yang benar-benar menegaskan tentang bagaimana kriteria orang-orang beruntung. Yaitu "qod aflaha" (قد افلح) yang artinya sungguh beruntung. Ini terulang 4 kali: di surat Thoha ayat 64, Al-Mukminun ayat 1, Al-'Ala ayat 14, dan Al-Syams ayat 9. Dalam gramatika bahasa Arab, kata "qod aflaha" ini masuk ke dalam fi'il madhi. Namanya, fi'il madhi sifatnya pasti. Karena sudah terjadi. Contohnya; "tadi pagi saya ngopi sendiri di depan rumah." Ini pasti, karena sudah terjadi tadi. Nanti siang, belum tentu. Siapa tahu saya ngopi ditemani kamu. Iya, kamu.  Begitu juga dengan orang-orang beruntung yang disebut pada ayat-ayat itu. Keberuntungan mereka bersifat pasti. Seperti kata Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim; Keberuntungan yang di...

Keberuntungan (antara Al-Falaah, al-fauz, al-bisyr, dan al-jaza)

Gambar
Selain al-falaah, ada beberapa diksi serupa tapi tak sama yang digunakan dalam Al-Quran. Pertama, kata al-fauzu (الفوز). Dalam kamus Al-Munawwir diterangkan kata ini memiliki akar kata fa-wau-za artinya kemenangan keberuntungan, kelulusan, dan keselamatan (الظفر و النجاة). Kata kerjanya faaza-yafuuzu (فاز- يفوز).  Ibrahim Anas, dkk dalam Al-Mu'jam Al-Wasit, menjelaskan bahwa al-fauzu berarti beruntung memperoleh kebaikan dan lepas dari keberuntungan. Dalam Mu'jam Al-Mufahros Li Alfadz Al-Quran Al-Karim, disebutkan bahwa Kata al-fauzu ini bisa didapati 29 kali yang tersebar ke 22 surat dalam Al-Quran. Bentuknya ada yang fi'il madhi, fi'il mudhori', mashdar, dan isim fa'il.  Menurut Dudung Abdullah dalam disertasinya Wawasan Al-Quran Tentang Al-Falah, perbedaan antara al-falaah dengan al-fauzu adalah kecondongannya. Al-Fauzu lebih condong keberuntungan di akhirat, sementara al-falaah keberuntungan untuk di dunia dan akhirat.  Selain Al-Fauzu, ada kata lain yang me...

Keberuntungan (al-falaah) dalam Al-Quran

Gambar
Beruntung atau keberuntungan, bahasa arabnya adalah "aflaha". Akar katanya "fa-lam-ha". Punya dua makna: pertama, "Syaqq" yang artinya membelah atau membajak tanah. Kedua, "fawzun wa baqoun" yang berarti beruntung dan kekal.   Kata "aflaha" dalam Al-Quran bisa didapati dalam 40 ayat. Tersebar ke 24 surat.  Semuanya terbagi lagi ke dalam tiga rupa. Yakni, fi'il madhi, fi'il mudhori', dan isim. Fi'il madhi, bahasa David Beckam-nya past tense. Alias pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan.  Adanya di masa lalu. Tak usah jauh-jauh, segala pekerjaan yang satu detik tadi selesai dikerjakan dan sekarang tidak sedang dikerjakan masuk dalam kategori fi'il madhi.  Contohnya: saya membeli pakaian tadi jam 7 pagi. sekarang jam tujuh lewat dua menit saya sedang biang hajat. Nah, "beli pakaian" itu masuk dalam fi'il madhi.  Kata beruntung berwajah fi'il madhi dalam Al-Quran dinyatakan dalam rupa ...

Petani (al-fallaah), Adzan, dan Keberuntungan (al-falaah)

Gambar
Disadari atau tidak, kata beruntung saban hari menabuh gendang telinga kita lewat adzan. Hayya 'ala al-falaah. Tak hanya muslim, semua orang bisa dipastikan bisa mendengarnya, lebih-lebih kalimat ini diperjelas dengan "speker" atau "toa" berkali-kali.  Kata Wahab Muslim dan T. Fuad Wahab dalam bukunya, Pokok-Pokok ilmu balagoh, suatu kata ajakan (seruan) yang diucapkan berulang kali (al-tikror) menunjukkan ajakan tersebut sangat penting. Malah, mengandung makna perintah. Meski katanya "mengajak" tapi ada unsur "perintah".  Termasuk kata "hayya" dalam adzan. Ini mengindikasikan bahwa ada perintah "halus" agar setiap orang menjadi orang-orang yang beruntung.  Lebih-lebih perintah "halus" ini ada dalam adzan yang intim banget dengan perintah sholat. Sholat yang menjadi salah satu rukun Islam. Rukun yang bisa dibilang sebagai pondasi yang membangun Islam. Lebih jauh: pondasi yang membangun bagaimana seorang muslim be...

Harapanmu Kekuatanmu

Gambar
Setelah membentangkan pikiran, bersikap terbuka terhadap segala peluang dan kesempatan yang baru dan ada setiap saat, kemudian mempercayai intuisinya, prinsip selanjutnya yang bisa menjadikan seseorang beruntung menurut Wiseman adalah selalu menumbuhkan harapan. Orang yang beruntung selalu menganggap semuanya akan baik-baik saja, meskipun mereka berada di situasi paling mencekam dan paling mengerikan.  Saya jadi teringat film India yang berjudul 3 Idiot. Tokoh utamanya akan selalu mengatakan "all is well" saat ia menghadapi situasi yang tak nyaman. Ia selalu mengatakan demikian, karena cerita tentang petugas ronda di kampungnya. Setiap malam, petugas ronda itu selalu teriak "all is well". Mendengar itu semua warga merasa aman hingga bisa ngorok dengan khusyuk. Itu terjadi sekian lama, hingga belakangan warga di kampung itu tahu bahwa tukang ronda itu buta. Ya, petugas ronda yang selama ini menjaga kampung mereka setiap malam ternyata tak bisa melihat. Da...

Intuisi (Prinsip Kedua Agar Menjadi Orang yang Beruntung)

Gambar
Prinsip Kedua yang mesti dipegang agar menjadi Orang yang beruntung menurut Wiseman adalah percaya kepada intuisi, firasat dalam melihat dan memutuskan sesuatu.  Ini seperti yang pernah ditemukan Al-Ghazali tentang konsep ide dan ilmu. Al-Ghazali menyatakan bahwa setiap orang punya "Bashir" dan "bashiroh".  Bashir adanya di kepala. Akal, logika, dan sepupu-sepupunya yang lain yang akrab dengan aktifitas otak. Sementara Bashiroh letaknya di dalam diri. Lazimnya orang-orang akan menunjuk ke dada. Hati.  Di dalam Bashiroh itu ada yang namanya dzauq. Bahasa Indonesianya intuisi. Dzauq ini bertugas untuk menangkap Khowathir, jamak dari khothiroh, yang berarti lintasan ide (ilmu). Al-Ghazali mengatakan ada empat macam khothiroh. Pertama ilahiyah. Bersifat ketuhanan. Kedua, malakutiyah. Ketiga, syahwatiyah. Keempat syaitoniyah. Saya tak ingin membahas lebih jauh soal ini.  Yang ingin saya tekankan adalah, lintasan ide (Khowathir) ini jika diasah akan menjadi Ilham. Dan sem...

Hal Pertama yang Bisa Menjadikan Seseorang Beruntung

Gambar
Richard J. Wiseman, Profesor Psikologi di University of Hertfordshire, Inggris, sekaligus penulis buku "The Luck Factor" menyatakan bahwa "beruntung" memiliki pola. Dan pola ini akan "nemplok" pada diri seseorang yang memiliki pola sifat dan sikap tertentu. Tentu saja yang "sefrekuensi". Artinya, siapapun bisa menjadi orang yang beruntung, asal memiliki sifat, sikap, dan pola pikir yang "nyantol" dengan makhluk bernama "beruntung" ini. Wiseman menegaskan Orang yang beruntung mesti berprinsip bahwa akan selalu ada peluang dan kesempatan dalam kondisi dan situasi apapun. Sebejat apapun kondisinya, sejahanam apapun situasinya, sepelik apapun persoalannya, pasti ada peluang dan kesempatan untuk lari keluar. Untuk melihat peluang dan kesempatan itu tentu saja perlu sikap dan pola pikir yang terbuka. Hal ini Wiseman temui pada risetnya pada 400 orang yang dikelompokkan pada mereka yang beruntung dan yang tidak beruntung....

Bagaimana Menjadi Orang yang Beruntung (Pandangan Lain Soal Keberuntungan)

Gambar
Di tulisan sebelumnya, saya cerita tentang faktor keberuntungan yang perlu dimiliki seorang untuk berhasil dalam hidupnya. Lalu bagaimana dengan yang selalu merasa dan berpikir bahwa mereka orang-orang yang belum (tidak) beruntung? Apakah selamanya akan selalu tidak beruntung? Ternyata beberapa ahli menyatakan bahwa keberuntungan bisa dibentuk karena memiliki pola dan alur yang bisa saja dilakukan oleh setiap orang.  Ahli pertama adalah Dr. Tina Seelig, profesor di Departemen of Management Science and Engineering di Stanford University. Seelig menyatakan bahwa keberuntungan adalah setiap momen terbaik yang dialami dan terjadi pada seseorang. Dalam momentum terbaik itu banyak hal yang perlu dilakukan sebelum, selama, dan setelah seseorang mendapatkannya.  Sayangnya, yang sering dilakukan seseorang malah membandingkan dirinya dengan orang lain. Ya, yang dilakukannya justeru malah melihat hal-hal tertentu (yang dianggap keberuntungan) pada kehidupan orang lain.  ...