Harapanmu Kekuatanmu

Setelah membentangkan pikiran, bersikap terbuka terhadap segala peluang dan kesempatan yang baru dan ada setiap saat, kemudian mempercayai intuisinya, prinsip selanjutnya yang bisa menjadikan seseorang beruntung menurut Wiseman adalah selalu menumbuhkan harapan.

Orang yang beruntung selalu menganggap semuanya akan baik-baik saja, meskipun mereka berada di situasi paling mencekam dan paling mengerikan. 

Saya jadi teringat film India yang berjudul 3 Idiot. Tokoh utamanya akan selalu mengatakan "all is well" saat ia menghadapi situasi yang tak nyaman. Ia selalu mengatakan demikian, karena cerita tentang petugas ronda di kampungnya. Setiap malam, petugas ronda itu selalu teriak "all is well". Mendengar itu semua warga merasa aman hingga bisa ngorok dengan khusyuk. Itu terjadi sekian lama, hingga belakangan warga di kampung itu tahu bahwa tukang ronda itu buta. Ya, petugas ronda yang selama ini menjaga kampung mereka setiap malam ternyata tak bisa melihat.

Dari cerita itu bisa dibilang bahwa ada kekuatan tak terlihat yang bisa membuat seseorang (bahkan banyak) menjadi yakin dirinya aman. Kekuatan itu adalah harapan. Mungkin ini terkesan fiktif karena bersumber dari sebuah film. Oke, saya coba cerita sedikit tentang yang pernah saya alami. 

Sejak mulai usaha jual beli kelapa tua pada 2008, Berkali-kali Umi bilang agar saya cari kerja saja, daripada usaha yang gak jelas penghasilannya. Berkali-kali pula saya terus meyakinkan Umi bahwa inilah dunia yang saya pilih. Saya hanya minta ridho dan doa saja dari Umi. 

Umi sedikit tahu tentang perjalanan usaha kelapa tua saya, karena usaha ini dimulai dari rumah. Satu sudut rumah Umi di bagian samping, saya jadikan gudang untuk kelapa tua. 

Tentu saja, karena letaknya di rumah, membuat otomatis Umi sedikit tahu, tapi hanya hal-hal yang tampak saja, Seperti aset kendaraan, mesin parut, dan sebagainya hasil dari usaha ini. Hingga saya bisa menyewa gudang di tempat lain. 

Singkat cerita, 2012 usaha saya mengalami kehancuran. Awalnya Umi tidak tahu. Tapi perlahan umi Tahu. Pasalnya, karena pikiran pusing dan belum tahu mesti gimana, membuat saya lebih sering mengurung diri di kamar. Saat itu, saya benar-benar merasa dunia sempit. Tak tahu mesti gimana. 

Hingga Umi akhirnya ngajak bicara. Umi tanya soal apa yang sebenarnya terjadi. Saya tak cerita soal hancur dan minus. Saya hanya bilang, usaha gak jalan dulu.

Sebagai orang tua, karena melihat usaha udah gak jalan, dan saya lebih sering di rumah, tak punya pekerjaan, Umi minta saya ngajar. Jadi guru di sekolah. Biar kepakai ijazah. 

Berkali-kali, Umi bilang kayak gitu. Berkali-kali pula saya menegaskan bahwa saya punya impian. Dan saya bisa mengajar dengan cara berbeda. Tidak dengan ngajar di sekolah. Malah, suatu saat saya ingin mendirikan sekolah.

Saya terus tegaskan ke Umi bahwa saya masih punya harapan. Dan itu masih dan selalu ada.  

Sejak bangkrut, beberapa kali saya berkegiatan tapi tidak terikat jam kantor. Mulai dunia NGO, kepemerintahan, hingga sektor swasta. Dan semua itu saya anggap pembelajaran saja. Sebab itu bukan dunia yang saya pilih.

Hingga 2018 saya bertemu dengan seorang pengusaha yang mengenalkan pada dunia usaha yang hingga saat ini masih terus saya jalani. Pertemuan yang tak pernah diduga. Pertemuan yang tak pernah terencana. Pertemuan yang saya anggap adalah keberuntungan.

Sayangnya lebih dari setahun, saya tak lagi bertemu dengannya. Sungguh saya ingin berterimakasih padanya. Sangat berterimakasih.  

Dan sungguh, saya meyakini bahwa pertemuan dengan beliau  karena adanya harapan tentang impian yang ingin saya wujudkan. Harapan yang terus saya pupuk dalam diri.

Hanya saja, perlu saya tegaskan. Sekalipun jangan pernah berharap pada manusia, karena ujungnya seringkali hanya luka dan kecewa. 

Sekali lagi, saat seseorang terus memupuk harapan dalam situasi apapun, sepertinya keberuntungan makin mendekat padanya.

Allahu a'lam bisshowab

Sawangan Baru, 19122021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara "ro-a", "nazhoro", dan "bashoro" dalam Nahi Munkar (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ali Imron ayat 104. bag-5)

Syukur (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ar-Rum ayat 38. bag-2)

"Adh'aful Iman" dalam Nahi Munkar (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ali Imron ayat 104. bag-8)