Keberuntungan (al-falaah) dan Jiwa (nafs, qolb)
Al-muflihuun dan al-muflihin adalah diksi yang tertera dalam Al-Quran untuk menyebut orang-orang beruntung dunia dan akhirat. Al-muflihun terulang 11 kali, al-muflihin hanya sekali.
Selain diksi tersebut, ada lagi yang benar-benar menegaskan tentang bagaimana kriteria orang-orang beruntung. Yaitu "qod aflaha" (قد افلح) yang artinya sungguh beruntung. Ini terulang 4 kali: di surat Thoha ayat 64, Al-Mukminun ayat 1, Al-'Ala ayat 14, dan Al-Syams ayat 9.
Dalam gramatika bahasa Arab, kata "qod aflaha" ini masuk ke dalam fi'il madhi. Namanya, fi'il madhi sifatnya pasti. Karena sudah terjadi. Contohnya; "tadi pagi saya ngopi sendiri di depan rumah." Ini pasti, karena sudah terjadi tadi. Nanti siang, belum tentu. Siapa tahu saya ngopi ditemani kamu. Iya, kamu.
Begitu juga dengan orang-orang beruntung yang disebut pada ayat-ayat itu. Keberuntungan mereka bersifat pasti. Seperti kata Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim; Keberuntungan yang dijanjikan Allah, yang dikuatkan dengan redaksi "qod" dan "aflaha", dalam kata kerja berbentuk past tense, itu mengandung kepastian.
Lalu hal apa saja yang membuat orang-orang itu beruntung?
Karena ada empat ayat yang di awali "qod aflaha", maka saya bagi ke tiga bagian. Pertama, mereka yang beruntung yang disebut pada Surat Al-'Ala ayat 14 dan Al-Syams ayat 9. Kedua, yang diterangkan pada Al-mu'minun ayat 1. Dan ketiga, yang tertera pada surat Thoha ayat 64.
Surat Al-'Ala ayat 14 dan Al-Syams ayat 9 punya kemiripan pembahasan, yaitu tentang penyucian jiwa. Pembersihan jiwa. Bersih-bersih kejiwaan.
Pada surat Al-'Ala redaksinya:
قد افلح من تزكى
Sementara pada surat Al-Syams:
قد افلح من زكها
Jiwa bahasa arabnya nafs. Lafadz ini terulang sebanyak 313 kali dalam Al-Quran, bahkan 75 kali tertera dalam bentuk nafs (نفس) yang berdiri sendiri.
Menurut Quraish Shihab dalam buku Secercah Cahaya Ilahi, Jiwa atau rohani adalah energi yang menggerakkan fisik dan jasmani.
Menurut A. Rahman Ritonga dalam Ensiklopedia Al-Quran, menyatakan setidaknya ada enam makna nafs, yaitu:
Pertama, pada Al-Maidah ayat 52 dinyatakan sebagai totalitas manusia lahir dan batin. Kedua, dalam Yusuf ayat 53 dijelaskan bahwa nafs adalah penggerak keinginan. Ketiga, pada Ali Imron ayat 145 diterangkan sebagai lambang arti jiwa dan ruh daya penggerak manusia. Keempat, hati. Kelima, surat Al-Syams ayat 7-10 menerangkan bahwa nafs adalah semacam wadah penampung dan mendorong kebaikan dan keburukan. Terakhir, nafs dinyatakan sebagai wadah yang berisi ide dan kemauan.
Quraish Shihab menambahkan bahwa di dalam nafs ada dua hal pokok. Pertama, wadah besar (nafs). Kedua, ada wadah (kotak) di dalam wadah (qolbun). Alam bawah sadar yang sering kita dengar adanya di nafs (wadah besar) tapi di luar Qolbu.
Kemudian dalam Secercah Cahaya Ilahi, Quraish Shihab menerangkan bahwa dalam Qolbu pun ada dua hal yang penting. Pertama, qolbu punya nilai-nilai (baik dan buruk). Kedua, di situlah tersimpan "irodah" atau tekad kemauan.
Tekad kemauan (irodah), menurut Abinya Najwa Shihab, lahir bukan sekadar karena adanya daya pikir otak saja, bukan lahir dari ide-ide yang ditawarkan dan diseleksi oleh akal saja, tapi juga dari kalbu. Artinya tekad kemauan (manusia) untuk hal apapun lahir dari daya pikir (akal) dan kalbu.
Nah, kalau dikaitkan dengan surat Al-Ro'du ayat 11 yang familiar, yang bunyinya "Innalloha laa yughoyyiru maa biqoumin hatta yughoyyiru maa bianfushim" sepertinya punya hubungan yang kuat.
Ar-Ro'du ayat 11 tersebut bisa diartikan, bahwa perubahan yang bisa dilakukan manusia (kaum) terhadap dirinya (dan diri mereka) sendiri terletak pada tekad kemauan (irodah) yang lahir dari akal dan kalbu masing-masing.
Termasuk berubah agar menjadi orang yang beruntung. Ini mesti diawali dengan membersihkan nafs (jiwa). Karena bisa dibilang nafs (jiwa) adalah yang menentukan bagaimana seseorang (manusia) hidup. Di situ terdapat sumber "kekuatan" manusia. Di situ pula terdapat daya gerak (keinginan dan kemauan) manusia. Pun terdapat ide-ide.
Dan sepertinya yang dimaksud dzauq (intuisi) yang dikatakan Imam Al-Ghazali, yang bisa menangkap lintasan ide-ide (Khowathir)pun ada di nafs ini.
Ini berarti nafs adalah "pusat gerak" kehidupan manusia. Jika nafs dibersihkan, maka bisa dipastikan siapapun akan jadi orang yang beruntung.
Sederhananya, jika ingin jadi orang yang beruntung, bersihkan jiwa (nafs) terlebih dahulu.
"Yaa ayytuhan nafsul Muthmainnah, irji'i ilaa robbiki roodhiyatan mardiyyah, fadkhulii fi 'ibaadii wadkhulii jannatii".
Allahu a'lam bisshowab
Komentar
Posting Komentar