Silaturahmi (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ar-Rum ayat 38. bag-3)

Prof. Quraish Shihab dalam Al-Misbah menafsirkan diksi haqqohu pada surat Ar-Rum ayat 38 dengan silaturahmi. Menurutnya, Shilat itu menyambung sementara rahmi diambil dari kata rahmat yang bisa diartikan sebagai kasih sayang. Sederhananya silaturahmi menurut beliau adalah menyambung kasih sayang. Sementara dalam KBBI silaturahmi diartikan lebih sederhana lagi, yakni tali persaudaraan.

Kata silaturahmi yang diserap dari bahasa Arab ini terdiri dari dua kata, yaitu shilah dan  rahim (صلة dan الرحيم). Keduanya dalam gramatika bahasa Arab disebut mashdar. Pada bait dalam kitab Alfiyah, Ibnu Malik menyatakan:

قال ابن مالك اَلْمَصْدَرُ اسْمُ مَا سِوَى الزَّمَانِ مِنْ # مَدْلُولَيِ الْفِعْلِ كَأَمْنٍ مِنْ أَمِنْ # بِمِثْلِهِ أَوْ فِعْلٍ أوْ وَصْفٍ نُصِبْ # وَكَوْنُهُ أَصْلاً لِهذَيْنِ انْتُخِبْ

Sebagian Ulama menjelaskan bahwa Mashdar adalah sumber asal atau kata dasar,bsebelum dibentuknya kata kerja (fi’il) dan Isim muystaq, seperti isim fa’il (pelaku pekerjaan/subjek), isim maf’ul (objek suatu pekerjaan) dan isim-isim muystaq lainya”. 

Mashdar punya banyak jenis, bentuk, fungsi san peran. Saya tak mau membahas lebih jauh soal ini, sebab, yang ingin saya tekankan adalah: kata silaturahmi (صلةالرحيم) ini pun masuk kategori mashdar. 

Jika silaturahmi adalah mahsdar alias kata dasar, maka dari kata dasar ini akan terlahir: siapa yang silaturahmi, siapa atau apa yang di-siaturahmi-kan, kapan, di mana, menggunakan alat atau media apa, dan seterusnya.

Nah, untuk membahas ini, sepertinya perlu dipisah dua kata yang membentuk kata silaturahmi ini. 

Pertama, kata shilah. Dalam kamus Al-Ma'any, kata Shilah memiliki banyak arti, yaitu koneksi, kontak, relasi, sangkut paut, keterkaitan, hubungan, dan ikatan. 

Kata shilah, akarnya adalah washola-yashilu (وصل-يصل) yang bisa diartikan dengan; tiba, sampai, datang, mencapai, berakhir di, pergi sejauh, mencapai sebanyak, menjadi, total, menghubungkan, menyambungkan, menyertakan, menggabungkan, dan memasangkan.

Lalu pertanyaan pertama adalah: siapa yang menghubungkan? 

Lazimnya, siapapun akan bilang: bahwa manusia lah yang melakukan. Tapi kok saya melihat ada "yang lain" yaitu Allah. Karena hakekat segala pekerjaan, terutama pekerjaan yang baik, bersumber dari Allah, bukan? 

Termasuk, kalau melihat arti katanya, yang namanya hubungan bisa dipastikan ada dua hal atau lebih yang masing-masing di dalam dirinya terdapat sesuatu yang saling terkait. Bentuknya bisa terlihat, pun banyak yang tak tampak. 

Untuk silaturahmi ini, lagi-lagi saya "melihat" bukan hanya rahmat dan kasih sayang yang terhubung atau dihubungkan. Tapi, seperti ada kontak "ajaib dan batin" antara manusia dan Allah. Bukankah, ada cerita dalam Al-Quran tentang pertanyaan Allah, bukankah Aku Rabbmu (alastu birobbikum?), saat ruh ditiupkan ke badan manusia, dan semuanya langsung menjawab; balaa, iya. 

Lebih lanjut, kata ar-rohim, akar katanya rohima-yarhamu (رحم-يرحم) yang berarti menyayangi, mengasihi, ini dalam kamus Al-Ma'any diterangkan: jika kata ini ada "alif lam-nya" (الرحيم), ini diartikan dengan yang maha kasih sayang. Sementara jika tidak ada "alif lam-nya" (رحيم) diartikan dengan: yang penuh kasih, penyayang, baik hati, dan toleran.

Nah, bisa dibilang, ada proses menghubungkan Yang Maha kasih dan Maha Sayang pada diri mereka yang silaturahmi. Ada proses internalisasi nilai-nilai Maha Kasih dan Maha Sayang dalam diri masing-masing. 

Karenanya tak heran jika silaturahmi memiliki efek dan dampak yang luar biasa dahsyat. Soal ini, sepertinya hadits-hadits tentang keutamaan, fungsi, manfaat dari siltaruhami sudah sangat familiar. Mulai dilancarkan rezeki, diberkahkan usia, dan lain-lain. Itu semua, karena Yang Maha Kasih dan Maha Sayang bersemayam dalam diri seseorang. 

Allahu a'lam bisshowab

Pulau Tidung, 11012022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara "ro-a", "nazhoro", dan "bashoro" dalam Nahi Munkar (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ali Imron ayat 104. bag-5)

Syukur (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ar-Rum ayat 38. bag-2)

"Adh'aful Iman" dalam Nahi Munkar (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ali Imron ayat 104. bag-8)