Keberuntungan (antara Al-Falaah, al-fauz, al-bisyr, dan al-jaza)



Selain al-falaah, ada beberapa diksi serupa tapi tak sama yang digunakan dalam Al-Quran.

Pertama, kata al-fauzu (الفوز). Dalam kamus Al-Munawwir diterangkan kata ini memiliki akar kata fa-wau-za artinya kemenangan keberuntungan, kelulusan, dan keselamatan (الظفر و النجاة). Kata kerjanya faaza-yafuuzu (فاز- يفوز). 

Ibrahim Anas, dkk dalam Al-Mu'jam Al-Wasit, menjelaskan bahwa al-fauzu berarti beruntung memperoleh kebaikan dan lepas dari keberuntungan.

Dalam Mu'jam Al-Mufahros Li Alfadz Al-Quran Al-Karim, disebutkan bahwa Kata al-fauzu ini bisa didapati 29 kali yang tersebar ke 22 surat dalam Al-Quran. Bentuknya ada yang fi'il madhi, fi'il mudhori', mashdar, dan isim fa'il. 

Menurut Dudung Abdullah dalam disertasinya Wawasan Al-Quran Tentang Al-Falah, perbedaan antara al-falaah dengan al-fauzu adalah kecondongannya. Al-Fauzu lebih condong keberuntungan di akhirat, sementara al-falaah keberuntungan untuk di dunia dan akhirat. 

Selain Al-Fauzu, ada kata lain yang menyerupai tapi tak sama dengan Al-Falaah, yaitu al-bisyr (البشر) yang maknanya al-suruuru wa al-farhu (السرور والفرح). Bahasa Indonesianya kesenangan dan kegembiraan. 

Kata kerjanya basysyaro (بشر) dan absyaro (ابشر) yang berarti memberi kegembiraan. Pun dengan kata al-mubaaysyiru (المبشر) yang berarti pemberi kabar gembira. 

Menurut Ibrahim Anis, dkk dalam Mu'jam Al-Mufahros Li Alfadz Al-Quran Al-Karim, jika al-bisyr ini berbentuk kata kerja, maka bisa berarti juga menumbuhkan, mengurus, menjalankan, dan memberi harapan baik atau optimis. 

Ini berarti, siapapun yang menumbuhkan sesuatu yang baik (apapun), mengurus apapun yang baik (organisasi, rumah tangga, instutusi,dll), menjalankan apapun yang baik, dan memberi harapan baik, serta bersikap optimis, bisa dibilang termasuk orang-orang yang beruntung.

Kemudian, diksi lain yang juga mirip dan tentunya tak serupa dengan kata al-falaah dalam Al-Quran adalah kata al-jaza (الجزاء) yang berarti al-kifayatu wa al-ghinaa-u (الكفاية والغناء) alias kekayaan dan kecukupan. Pun bisa diartikan dengan sesuatu yang cukup sebagai pembalasan.

Diksi al-jaza lebih condong pada timbal balik alias balasan. Ketika melakukan apapun akan mendapat balasan dari apa yang dikerjakan itu. 

Dari diksi-diksi tersebut, bisa dibilang begitu banyak bentuk keberuntungan. Ada keberuntungan yang bisa dirasakan di dunia dan akhirat. Ada keberuntungan yang bisa dirasakan di akhirat saja. Ada keberuntungan yang sifatnya kesenangan dan kegembiraan. Pun ada pula keberuntungan yang   merupakan balasan dari pekerjaan yang dilakukan. Apapun itu, semuanya adalah bentuk keberuntungan untuk setiap orang. Dan itu tergantung pada upaya dan usaha setiap orang untuk mewujudkan keberuntungan masing-masing. Dan perlu diyakini, Allah sudah menyiapkan semua itu, tinggal manusianya, mau atau tidak mengusahakan dan mengupayakannya.

Allahu a'lam bisshowab

Sawangan Baru, 21122021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara "ro-a", "nazhoro", dan "bashoro" dalam Nahi Munkar (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ali Imron ayat 104. bag-5)

Syukur (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ar-Rum ayat 38. bag-2)

"Adh'aful Iman" dalam Nahi Munkar (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ali Imron ayat 104. bag-8)