Jauhi Kesia-siaan (lagwun), Dekati Keberuntungan (al-falah)
Pada buku Secercah Cahaya Ilahi, Quraish Shihab menegaskan Islam telah memberi tuntunan dengan amal saleh, yakni kerja yang sesuai dan bermanfaat. Hal ini sesuai dengan kriteria orang-orang beriman yang beruntung, yaitu meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Hal tersebut tertera pada Al-mu'minun ayat 3, yang merupakan penjelasan lanjutan dari ayat pertama. Ayat ketiga tersebut, yaitu:
و اللذين هم عن اللغو معرضون
Artinya: Dan mereka menjauhi hal-hal yang tidak berguna. Ya, kata kuncinya yaitu menjauhi "lagwun".
Aljurjani dalam kitab Ta'rif menjelaskan "lagwun" berarti tidak punya makna, tidak punya tuntunan, dan sama sekali tidak bermanfaat.
Sementara, pada Eksiklopedia Al-Quran terbitan Lentera Hati, dinyatakan bahwa "lagwun" memiliki dua arti. Pertama sesuatu yang tidak diperhitungkan. Kedua, perkataan yang sia-sia dan jelek. Ini pun senada dengan apa yang dikatakan Ibn Fariz Al-Ragib dalam Maqayish Al-Lugoh.
Kata "lagwun" yang terulang 11 kali dalam Al-Quran ini bisa diartikan dengan segala hal, perkataan, perbuatan, hingga pikiran yang tak bermanfaat. Segala Hal tak bermanfaat tersebut malah bisa dibilang suatu kebatilan. Seperti yang dibilang Ibnu Katsir bahwa "lagwun" berarti "al-bathil".
At-Tobari malah menambahkan. Selain batil, hal-hal yang masuk kategori "lagwun" adalah perbuatan dan perkataan jelek.
Perkataan, bisa dipastikan lekat dengan lisan. Seperti menghina, mencaci, memaki dan seterusnya. Termasuk membicarakan sesuatu yang jelek (aib) di diri orang lain. Tak hanya itu, kata-kata, stiker, gambar, dan apapun yang tak elok lalu tumpah ruah di berbagai media sosial pun sepertinya masuk dalam kategori "lagwun".
Para ahli tafsir menyatakan bahwa "lagwun" pada Al-mu'minun ayat tiga ini memiliki hubungan (munasabah) dengan "lagwun" yang ada di Al-Furqon ayat 72, Ayat yang menjelaskan tentang mereka yang menjauhi "lagwun" akan pantas masuk surga. Bisa dibilang, orang-orang yang menjauhi "lagwun" ini akan mendapat kenikmatan dan kebahagiaan surga. Dan ini tentu saja sebuah keberuntungan bukan?
Apakah keberuntungannya hanya di akhirat? Tentu saja tidak. Sebab, beberapa ahli tafsir menyatakan bahwa kata "al-falah" dinyatakan untuk keberuntungan dunia dan akhirat. Sementara kata yang digunakan dalam Al-Quran untuk menunjukkan keberuntungan di akhirat saja adalah kata "al-fauz".
Ini berarti, siapapun yang ingin menjadi beruntung di dunia dan akhirat, setelah beriman, hal yang perlu dilakukan adalah menjauhi segala hal (perkataan, perbuatan, dan lain sebagainya) yang jelek, tidak bermanfaat, dan batil.
Dan seperti itulah (sebenarnya) di antara cara seseorang berislam. Seperti sebuah hadits riwayat Ibnu Majah yang menerangkan di antara baiknya Islam (keislaman) seseorang ditandai dengan meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat.
من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
Termasuk hadits yang menekankan agar seseorang mengatakan hal-hal baik, kalau tidak bisa, lebih baik diam.
Allahu a'lam bisshowab
Sawangan Baru, 24122021
Komentar
Posting Komentar