Fir'aun dan Keberuntungan (Al-falah)

Kisah nabi Musa dan Firaun sepertinya cukup familiar di kalangan muslim. Bagaimana keangkuhan dan kesombongan Fir'aun. Bagaimana ketakutannya pada mimpinya sendiri akan lahirnya anak laki-laki yang akan menghancurkannya yang kemudian ia membunuh semua anak laki-laki yang baru lahir. Bagaimana nabi Musa yang baru lahir selamat justeru karena sikap istri Fir'aun sendiri. Dan kisah-kisah lainnya. 

Ternyata kata "aflaha" yang hanya tertera empat kali saja di dalam Al-Quran, salah satunya terkait dengan kisah nabi Musa dan Fir'aun ini. Yaitu terdapat di surat Thaha ayat 64. Ayat 64 ini bagian dari kesatuan dari ayat 60. 

فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى (60) قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى (61) فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى (62) قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى (63) فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى (64) }

Jika diartikan, adalah sebagai berikut: Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang (60). Berkata Musa kepada mereka, "Celakalah kalian, janganlah kalian mengadakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kalian dengan siksa.” Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan (61). Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka) (62). Mereka berkata, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama (63). Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari itu (64).

......

Fir'aun yang tak mempercayai mukjizat nabi Musa tetap ngotot mengatakan bahwa apa yang dilakukan nabi Musa adalah sihir. Sebab di masa itu kemampuan sihir memang menjadi salah satu hal yang banyak dilakukan orang-orang. Bahasa sekarang viral. Dan sihir menjadi salah satu yang laku dan digemari orang-orang. Karenanya Fir'aun menantang nabi Musa. 

Nabi Musa pun menyetujui tantangan tersebut, lalu menyepakati tempat, waktu dan hari pertandingan tersebut akan dilaksanakan, yaitu di hari raya Syam an-Nasim. Fir'aun pun mulai menghimpun dan mengumpulkan semua ahli sihir dari berbagai kota yang ada di bawah kekuasaannya. Kisah ini dijelaskan pada surat Yunus ayat 9.

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ
Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya), "Datangkanlah kepadaku semua ahli sihir yang pandai (Yunus ayat 9).

Hari yang ditentukan pun tiba. Orang-orang sudah berkumpul. Fir'aun duduk di atas singgasananya, para pembesar kerajaannya duduk berbaris di sampingnya, sementara rakyatnya berdiri di bagian kanan dan kirinya.

Tak lama, ditemani Nabi Harun, Nabi Musa pun datang sambil memegang tongkat. Terlihat para ahli sihir Fir'aun telah siap dan berdiri berbaris di hadapan Fir'aun. Mereka sangat termotivasi karena Fir'aun menjanjikan upah yang tak sedikit jika mereka berhasil mengalahkan Nabi Musa. Ini seperti yang tertera pada surat Al-A'raf ayat 113-114. 

إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ * قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?” Fir’aun menjawab, "Ya, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku) (Al-A'raf: 113-114)

Selain diiming-imingi hadiah, para tukang sihir itu pun ditakut-takuti oleh Fir'aun bahwa jika mereka kalah, maka kedudukan dan posisi mereka akan diambil alih oleh nabi Musa. Bisa dibilang, kedudukan sebagai tukang sihir kala itu adalah kedudukan yang punya prestise dan kehormatan tersendiri. Secara fitrah dan alamiah, siapapun yang sudah duduk di suatu jabatan terhormat dan prestisius, biasanya tidak ingin turun atau kehilangan posisi tersebut. Termasuk para tukang sihir tersebut. 

Ah, saya jadi ingat almarhum Gusdur, Allahu yarham, saat turun dari jabatan presiden negeri ini. Gusdur yang saat itu tahu bahwa telah berkumpul orang-orang yang siap membelanya (bahkan siap mati) agar tidak turun dari jabatannya, hanya bilang dengan santainya: "tidak ada jabatan (dunia) yang perlu dipertahankan mati-matian." Gusdur pun akhirnya keluar istana kepresidenan menggunakan celana kolor setelah sebelumnya meminta surat pindah dari lurah setempat. Ya, Lurah di mana wilayahnya terdapat istana presiden. Gusdur seolah-olah bilang: lepas jabatan presidennya bukan karena elit politik tingkat atas, tapi justeru di tingkat kelurahan. Ya, bahkan tingkat kelurahan bisa mengalahkan tingkat presiden. Entahlah.

Kembali ke kisah pertandingan Nabi Musa dan Fir'aun yang hasilnya sudah tak perlu diceritakan lagi. Nah, terkait kata "aflaha" yang tertera di Thaha ayat 64 ini, saya malah menangkap hal lain. Yaitu: pertama, terkait tipu daya. Ya, orang-orang yang bertingkah seperti Fir'aun bisa dibilang hanyalah tipu daya. Walaupun ia menegaskan tentang keberuntungan tapi sebenarnya hanyalah tipu daya yang dilakukan oleh orang-orang sombong dan angkuh bahkan mengaku sebagai Tuhan seperti Fir'aun. Hakekatnya, iming-iming tentang memperoleh keberuntungan dari orang macam Fir'aun ini hanyalah tipu daya saja agar kekuasaannya tetap bertahan. 

Kedua, bisa jadi keberuntungan seseorang akan hilang karena sikap sombong. Saya pun jadi teringat dengan kisah Iblis yang terusir dari surga. Iblis yang sombong karena merasa lebih baik dari Nabi Adam (manusia). 

Ketiga, selain sombong, yang bisa menghilangkan keberuntungan seseorang adalah zalim. Ya perbuatan zalim. Dan Fir'aun telah banyak melakukan perbuatan zalim ini bukan?

Keempat, merasa paling baik dan merasa lebih baik dari yang lain. Ya, merasa baik itu perlu dan penting, tapi merasa lebih baik dari yang lain, ini justeru bahaya. Dan sepertinya ini pun salah satu sifat, sikap dan pendirian Fir'aun yang malah bisa membuat keberuntungan semakin jauh. Sederhananya, meremehkan orang lain. Ah, saya jadi ingat pepatah Arab: 
لا تحتقر من دونك فلكل شيء مزية
Sekalipun jangan pernah meremehkan, mengolok-olok, bahkan mencaci siapapun, sebab segala sesuatu punya kelebihan masing-masing. 

Allahu a'lam bisshowab

Sawangan Baru, 03012022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara "ro-a", "nazhoro", dan "bashoro" dalam Nahi Munkar (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ali Imron ayat 104. bag-5)

Syukur (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ar-Rum ayat 38. bag-2)

"Adh'aful Iman" dalam Nahi Munkar (Kriteria Orang-Orang Beruntung pada Surat Ali Imron ayat 104. bag-8)